Disela hiruk pikuk kehidupan, kejadian seperti kisah dibawah ini sangat sering terjadi, bahkan mungkin kita terlibat didalamnya, walaupun mungkin saat kejadian kita tidak sadar, atau mungkin telinga dan mata kita sedang tidak peka. Kisah berikut cukup memberi cambukan dan rasa haru jika kita mau merasakannya sungguh-sungguh.
Buka hati, kuatkan respon hati nurani saat membacanya, dan kita akan merasakan betapa banyak kesalahan terjadi didunia ini, dan betapa banyak jiwa suci yang tidak tampak karena tertutup oleh "bungkus" yang tidak menarik.
~o o~
Seorang anak merengek minta dibelikan jagung bakar. Dengan sedikit enggan ibunya mengulurkan selembar uang dan mengawasinya dari kejauhan. Lalu si anak dengan tekun mengikuti gerak-gerik nenek tua penjual jagung bakar memainkan kipas bambunya. Mata kanak-kanaknya membulat terheran-heran pada pletikan biji jagung, asap, serta harum yang tertebar kemana-mana.
Sedangkan nenek tua berpakaian lusuh itu tersenyum melirik anak kecil yang jongkok di sebelahnya. Mata tuanya meredup melayang entah kemana. Sesekali dicubitnya pipi anak itu. Kemudian diberikannya jagung bakar itu pada anak yang sedari tadi berharap-harap takjub, katanya, "Ambil saja buatmu nak. Tak usah dibayar."
Si ibu mengucapkan terima kasih lalu berkata pada sang ayah, "Lumayan, kita dapat rejeki satu jagung bakar." Lalu mereka meninggalkan taman kota itu dengan kendaraan roda empat mereka.
Tunggu dulu wahai ibu! Mengapa kau menyebutnya sebagai "rejeki"? Bukankah dengan demikian si nenek tua itu malah kehilangan sebagian penghasilannya yang tidak seberapa? Tidakkah kau terpanggil untuk membalas pemberian itu dengan sesuatu yang lebih dari sekedar kata terima kasih?
Memang, menerima selalu menyenangkan. Namun, memberi dengan sikap tulus lebih membahagiakan. Tahukah kau, wahai ibu, hati nenek tua itu teramat terang, jauh lebih terang dari lampu yang menerangi temaram senja ini, bahkan mungkin lebih terang dari gemerlapnya seluruh mall di dunia.
~o o~
Beruntunglah jika kita bisa menjadi seperti sang nenek diatas... mungkin karena masih ada orang seperti mereka itulah dunia ini masih belum musnah sampai saat ini.